Cerca nel blog

sabato 8 settembre 2018

Suster Wajah kudus bersaksi

      Kesaksian CSV
Suster-suster wajah kudus dipanggil menjadi saksi iman sebagaimana termaktub dalam Konstitusi, art 14 : “Kerasulan semua anggota pertama-tama terletak dalam kesaksian hidupnya yang sudah dikuduskan, yang harus dipelihara dalam doa dan tobat (lih. KHK Kan. 673). Oleh karena kegiatan kerasulan kita termasuk dalam hakikat panggilan sebagai religius aktif, maka seluruh hidup para anggota hendaknya diresapi dengan semangat kerasulan, dan bahwa seluruh kegiatan kerasulan kita diilhami oleh semangat religius” .
 Setiap anggota komunitas wajib memberi kesaksian tentang Kristus melalui cara hidup yang sudah dikuduskan lewat tanda sakramental, yakni  Pembatisan dan Kaul-kaul. Dengan Pembaptisan (dan Krisma), para anggota menerima karunia Roh Kudus untuk bersaksi. Pembaptisan dan kesaksian bagaikan dua sisi dari mata uang yang sama. Pembaptisan membuat seluruh anggota  berani memberi kesaksian tentang Yesus Kristus. Syarat untuk menerima baptisan dan kesaksian adalah bertobat, sebagaimana yang ditandaskan oleh Rasul Petrus, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kis 2:38). Pertobatan di sini benar-benar merupakan suatu keputusan yang digerakkan oleh Roh Kudus untuk memberi diri dibaptis. Pembaptisan ditandai oleh pengudusan berkat pengampunan dosa. Maka, dapat dikatakan di sini bahwa kualitas hidup CSV ditentukan oleh kesediaan para anggota untuk bertobat, sebab pertobatan merupakan syarat mutlak memasuki Kerajaan Allah.
Di samping pembaptisan, CSV juga memberikan kesaksian lewat pengikraran dan penghayatan kaul-kaul: Kemiskinan Apostolik, Kemurnian Apostolik, dan Ketaatan Apostolik (Kons. 137).  Ketiga kaul ini dilihat sebagai ciri utama hidup religius.
Kemiskinan Apostolik CSV ditandai dengan kerelaan untuk melepaskan diri dari keterikatan pada materi, dan sepenuhnya bergantung pada penyelenggaraan ilahi. Dengan kaul Kemiskinan, para CSV mewartakan bahwa Allah itu satu-satunya harta kekayaan manusia yang sejati. Kemiskinan CSV mengungkapkan penyerahan diri seutuhnya kepada Allah. Kemiskinan adalah wujud nyata peneladanan terhadap kemiskinan Kristus sendiri, yang walaupun kaya, telah menjadi miskin, supaya karena kemiskinan-Nya kita menjadi kaya (2 Kor 8:9). Sambil menghayati pesan konstitusi, CSV dituntut senantiasa mengusahakan kebutuhan nafkah dan karyanya, serta membuang segala kecemasan dan menyerahkan diri seutuhnya kepada penyelenggaraan ilahi (bdk. Mat 6:25). Kita berusaha memberikan kesaksian bersama melalui kemiskinan, dan menyumbangkan dengan rela sesuatu yang dimiliki bagi kebutuhan Gereja, terutama kaum miskin (bdk. PC, 13). CSV dapat memberi kesaksian atas sikap kristiani terhadap kekayaan di mana setiap anggota tidak lagi hidup terpisah dari masyarakat, sebagai lokus pengabdian, dan melalui gaya hidup, para anggota memperlihatkan sikap lepas bebas dari materi yang paling disenangi oleh mayarakat yang konsumersisme dewasa ini.
Kemurnian Apostolik CSV merupakan pengungkapan penyerahan diri kepada Allah dengan hati yang tak terbagi (bdk. 1 Kor 7:32-34). Juga merupakan pencerminan akan cinta kasih yang tiada batas dari pihak Allah bagi keselamatan dunia. Kemurnian yang diikrarkan oleh para biarawati CSV harus dilihat sebagai anugerah teramat luhur dari Tuhan. Dengan anugerah ini masing-masing anggota CSV lebih berkobar dalam cinta kasih yang bersifat holistik, baik kepada Allah maupun kepada umat manusia. Penghayatan kemurnian seperti ini menjadikan PRR lebih terfokus pada pengabdian lewat karya kerasulan (PC, 12).
Ketaatan Apostolik CSV dihayati berdasarkan ketaatan total Kristus terhadap kehendak Bapa. Dengan kaul Ketaatan, para biarawati CSV menyerahkan kehendak sendiri secara penuh kepada Allah sebagai kurban. Lewat Ketaatan, para CSV dipersatukan secara lebih teguh dan pasti dengan kehendak ilahi yang menyelamatkan. Maka, sesuai teladan Kristus, yang datang untuk melakukan kehendak Bapa, dan yang menerima rupa hamba (Flp 2:7), serta belajar taat (bdk. Ibr 5:8) melalui penderitaan-Nya, biarawati-biarawati CSV, terdorong oleh Roh Kudus menaklukkan diri dalam iman kepada para pemimpin, yang menggantikan Allah. Dengan pengantaraan pemimpin, para CSV diantar melayani kaum beriman, sebagaiman Kristus sendiri melayani karena ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa dan menyerahkan nyawa-Nya bagi tebusan banyak orang. Dengan demikian para CSV terikat lebih erat pada pelayanan Gereja, sebagai wujud kesaksian.  Melalui ketaatan semacam itu, para PRR “disatukan dengan lebih mantap dengan kehendak Allah yang menyelamatkan” (PC, 14).
Kemurnian, kemiskinan, dan ketaatan memang merupakan kekhasan hidup membiara. Namun kekhasan itu perlu ditunjang oleh hal-hal lain, yang tidak kalah  pentingnya bagi hidup wadat. Aspek-aspek yang dimaksud adalah persekutuan dalam hidup: berkomunitas, doa, ibadat, ekaristi, serta pelayanan dan amal kasih. Semua ini mesti dihayati sebagai bentuk konkret kesaksian yang diberikan oleh CSV kepada Gereja dan masyarakat. Bahkan bukan tidak mungkin bahwa dari pihak CSV akan dituntut sebuah kesaksian yang lebih tinggi dengan penyerahan diri dan penumpahan darah demi Kristus dan Gereja-Nya, sebagaimana layaknya para martir terdahulu.
Kesaksian adalah sebuah maklumat dari Yesus, yang harus dituruti oleh para pengikut-Nya. Pesan utama yang terkandung dalam maklumat-Nya adalah pewartaan dan kesaksian tentang diri-Nya kepada dunia. Ini bukan berarti Yesus ingin menonjolkan diri secara egosentris, melainkan Ia mau menyatakan tawaran keselamatan universal yang dibawa oleh-Nya. Artinya melalui hidup, sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya rencana keselamatan Allah atas dunia terlaksana. Karena tujuan utama dalam kesaksian adalah keselamatan manusia, maka para rasul melaksanakannya dengan penuh ketaatan dan tanggung jawab, bahkan rela mati demi Kristus, sang pokok kesaksian.
Sebagai pengikut setia Kristus dan ahli waris para rasul dalam hal kerasulan, CSV juga dipanggil untuk bersaksi. Kesaksian CSV berpusat pada pribadi Kristus berikut keutamaan-keutamaan-Nya, yang dialami dan dihayati melalui hidup wadat. Dengan kata lain CSV memancarkan kasih Allah yang dinyatakan lewat Putera-Nya kepada dunia. Pancaran kasih yang dipantulkan CSV melalui kesaksian akan menghasilkan iman, harapan, cinta, dan pertobatan, serta kebajikan-kebajikan kristiani lainnya dari pihak umat, sebagai syarat mutlak memasuki Kerajaan Allah.









sabato 25 agosto 2018

Kapitel Jenderal ke XV





 TEMA :

 “ Murid-murid yang keluar untuk mewartakan Wajah Tuhan yang berbelas kasih di setiap  
      pelosok dunia”






IKON MIROFORE = wanita-wanita yang  pergi  ke kubur Yesus



   Kubur kosong   (Mc 16,1-8: Lk 24,1-11: Mt. 28,1-10 )



Ikon yang dipilih untuk kapitel ke XV adalah karya dari pt. M. Rupnik dan menyatakan momen yang mana wanita-wanita tiba di kubur Yesus dan mendapatinya terbuka dan kosong. Di tangan mereka kain-kain dan wangi-wangian untuk meminyaki tubuh Yesus. Mereka tiga orang, tetapi begitu rapat tubuh mereka sehingga nampak satu yang berjalan pada tujuan yang sama, dengan mengikuti petunjuk malaekat : kubur yang kosong. 
      Tubuh  ketiga wanita  itu, yang nampak satu, menyatakan komunio di dalam Trinitas dan panggilan komunitas religius, yang sesuai dengan konstitusi suster CSV, dipanggil untuk membentuk satu tubuh dan satu hati, dan dipanggil untuk berjalan bersama menuju Kristus yang bangkit, di jalan-jalan Kerajaan untuk mewartakan keharuman hidup baru.
Kubur kosong menggambarkan maut...Maut telah dikalahkan....Di dalam kubur dapat  melihat kain yang menyelimuti tubuh Yesus yang terlipat rapih tapi tanpa tubuh Yesus...di samping terdapat kain-kain yang meliputi Wajah Yesus, di situlah nampak misteri, mujizat kebangkitan. Tubuh Yesus tidak dicuri, tetapi bangkit dengan meninggalkan benda-benda sebagai bukti.




Malaikat 

Pada kubur yang kosong, para wanita  berjumpa dengan seorang berpakaian putih, yang duduk...ialah malaikat kebangkitan, yang mewartakan bahwa Yesus tidak mati tapi hidup..                    
                  Pada hari-hari yang kita alami kegelapan, krisis, kesusahan, kekecewaan, Tuhan tetap memberi malaikatNya yang berkata : jangan takut, jangan mencari hanya salib, tetapi ingatlah bahwa Dia telah bangki. !  Malaikat kebangkitan nampak tenang, cerah. Memberi ketenangan, damai. Dia dengan tangan kanan  menunjukkan kubur kosong,,  dengan tangan kiri katakan bahwa Yesus bukan lagi di antara orang mati. Yesus hidup dan tidak mati lagi.


        Pemandangan wanita-wanita di depan kubur kosong





Tiga wanita, dengan pemandangan tertegun berbalik ke kubur kosong, menyatakan ketakutan,
 keheranan..
 Mereka tidak bicara, berdiam diri, tetapi pemandangan mereka menyatakan perasaan kehilangan
 terhadap apa yang mereka sedang melihat. Mereka merasakan cahaya gemilang yang muncul dari
  kubur dan menarik  tatapan mereka, tetapi pada saat yang sama menyalaukannya.
 Mungkin karna itu wanita ketiga mengalihkan matanya dan memandang  kita.



Tangan-tangan wanita, sebagian besar diselimuti, adalah tangan yang melayani, tangan yang
 membawa kain, aroma,wangi-wangian untuk menghormati tubuh Yesus, 
adalah tangan yang membelai, yang menghibur, yang meringankan, yang berdoa,
 tangan yang tahu meninggalkan apa yang tidak perlu lagi seperti aroma yang mereka bawa
 yang tidak dapat dipakai lagi karena Tuhan sudah bangkit.

Keharuman Paska bukanlah aroma-aroma biasa tetapi adalah aroma dari Tuhan sendiri yang telah bangkit, aroma hidup baru, aroma cinta kasih. 
Sekaranglah aroma tersebut bukanlah aroma yang dipegan oleh tiga wanita tetapi oleh kita semua
 karna kita telah dibaptis dalam Kristus,  kita dipanggil menjadi dan mewartakan kepada dunia aroma yang baik, aroma Kristus yang telah bangkit, aroma  hidup baru.
 



S Seperti Maria dan wanita-wanita kita pun diutus kepada sesama
Kaki para wanita adalah kaki yang bergerak di jalan-jalan dunia 
sebab melalui malaikat wanita- wanita diutus untuk mewarkakan kepada saudara- saudara untuk memberitakan bahwa Yesus telah bangkit. 
Yesus sendiri berkata kepada mereka : “ jangan takut, pergilah dan wartakanlah kepada saudara- saudara bahwa saya mendalui mereka ke Galilea. Di situlah mereka akan melihat aku. “ ( Mt 28, 10. )
Gereja yakin bahwa di antara wanita-wanitaa ada juga Maria Ibunya. 
Maria adalah Mirofora yang membawa Putera Allah dalam dirinya,
yang diurapi sebagai imam dan pengantin Gereja. 
Tiga mirofore adalah mereka yang menjadi saksi dan mencari pengantin ... 
Yesus pergi untuk bertemu wanita-wanita, untuk memberi kekuatan agar mereka mampu
 mewartakan ketangkitaNya, walaupun tidak dipercayakan. 
Dengan kekuatan tersebut mereka pergi...mewartakan...Tuhan sudah bangkit....

Konstitusi CSV : art 67
 Bapa telah mengutus PuteraNya untuk mewartakan kepada dunia kabar gembira tentang keselamatan. Kistus Yesus telah mendirikan Gereja untuk melanjutkan tugas perutusannya. 
Kita diutus oleh Gereja, yang telah menerima dan meneguhkan kasisma, berdasarkan panggilan khusus kita, untuk menghadirkan di dunia Misteri Paskah Kristus dalam WajahNya. Untuk itu kita mau menjadi cerminan Wajah tersebut yang menyatakan kekayaan cintaNya yang penuh belas kasih di antara manusia.